Kamis, 23 November 2017

Makalah Manajemen Transpor Barang "Apakah Kegiatan Bongkar Muat Barang Menjadi Penyebab Kemacetan di Jalan RE. Martadinata, Jakarta Utara ?"



BAB I

Pendahuluan


Bongkar muat adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam proses pengiriman barang. Yang dimaksud dengan kegiatan muat adalah proses memindahkan barang dari gudang, menaikkan lalu menumpuknya di atas kapal atau moda transportasi lainnya.  sedangkan kegiatan bongkar adalah proses menurunkan barang dari kapal atau moda transportasi lainnya yang digunakan lalu menyusunnya di dalam  gudang di pelabuhan atau stock pile atau container yard.

Alat-alat yang digunakan untuk aktivitas bongkar muat adalah :

  •         Grabs adalah alat muat / bongkar yang sering digunakan untuk memuat/ membongkar barang jenis curah kering.
  •        Bucket adalah sebuah bak dengan kapasitas tertentu yang digunakan untuk memuat barang curah atau bag.
  •         Crane adalah suatu alat dengan kapasitas tertentu yang digunakan untuk menaikan/ menurunkan barang dari/ke kapal.
  •         Sling adalah  jerat untuk muatan yang dibuat dari tali, termasuk tali kawat atau baja, gunanya untuk mengangkat atau menurunkan muata dari/ke kapal.
  •         Forklift adalah  kendaraan roda empat yang berfungsi sebagai alat pemindah (transport) barang dari satu titik ke titik yang lain dengan jarak yang dekat. Operasional kendaraan ini banyak terdapat di lingkungan pabrik
  •          Loader adalah mesin yang digunakan untuk meraup dan transportasi bahan dalam area kerja.
  •         Exchavator adalah alat berat yang sering dipergunakan pada pekerjaan konstruksi, kehutanan dan industri pertambangan karena alat ini dapat melakukan berbagai macam pekerjaan.

Kendala - kendala dalam proses pemuatan :

Setiap pekerjaan pasti ada kendala- kendala yang dihadapi, sama halnya muat/ bongkar pasir besi. Adapun kendala - kendala yang sering terjadi dalam proses muat/ bongkar pasir besi sebagai berikut :

  •         Kurangnya armada Truck yang disediakan, sehingga memperlambat proses muat/ bongkar.
  •         Kerusakan crane kapal atau moda transportasi.
  •         Kerusakan pada alat bongkar/ muat seperti; grab & bucket.
  •         Cuaca yang kurang mendukung seperti; hujan.
  •         Ketersediaan barang yang kurang dari kapasitas yang diinginkan.


 BAB II

Rumusan Masalah



1.      Apakah proses bongkar muat barang menjadi penyebab kemacetan di Jakarta, khususnya di jalan RE Martadinata ?
2.      Jenis muatan yang dibongkar ?
3.      Darimana asal muatan tersebut ?
4.      Solusi untuk mengurangi macet di Jakarta, khususnya di daerah Jl. RE Martadinata ?
5.      Tanggapan sebagai pengusaha dan regulator terhadap kegiatan bongkar muat di Jakarta, khususnya di Jl. RE Martadinata ?




BAB III

Penjelasan


1.      Apakah proses bongkar muat barang menjadi penyebab kemacetan di Jakarta, khususnya di jalan RE Martadinata ?

   Bongkar muat kendaraan ekpedisi menjadi salah satu penyebab timbulnya kemacetan di Jakarta khususnya di jalan RE Martadinata. Kemacetan tersebut timbul umumnya di pagi dan siang hari. Hal itu dikarenakan kendaraan besar yang melakukan bongkar muat mempersempit ruang gerak kendaraan lain yang sedang melewati jalan tersebut.
Dan juga dikarenakan saat ini ada banyak perusahaan ekspedisi di sekitar JL. RE Martadinata yang melakukan operasional bongkar muat tanpa mengenal waktu sehingga kemacetan pun tidak terhindarkan lagi, ditambah dengan faktor-faktor lainnya yang semakin menambah efek kemacetan seperti pembangungan infrastruktur, kondisi jalan yang sempit, dan kuantitas kendaraan pribadi yang melebihi ruas jalan yang disediakan

2.      Jenis muatan yang dibongkar ?

  •   Komoditi pokok (beras, gula, tepung, daging)
  •   Hewan (sapi impor)
  •   Tekstil
  •   Otomotif
  •   Barang proyek (beton, pipa, besi)

3.      Darimana asal muatan tersebut ?

·        Daerah manufaktur/industri ( Cikarang, Bandung, Jabodetabek)
·        Daerah Distribution Center
·        Lokasi Raw Material ( Banten, Cibinong)

4.      Solusi untuk mengurangi macet di Jakarta, khususnya di daerah Jl. RE Martadinata ?


·        Memperluas akses jalan menuju / dari pelabuhan
·        Memperbaiki sistem di dalam pelabuhan agar  sirkulasi tidak stagnan(bongkar dan muat)
·        Pengaturan pembagian jam operasional bongkar muat
·        Pembatasan ukuran truk pengangkut muatan
·        Pengaturan jam bongkar muat
·        Tempat parkir khusus untuk kegiatan proses bongkar muat

5.      Tanggapan sebagai pengusaha dan regulator terhadap kegiatan bongkar muat di Jakarta, khususnya di Jl. RE Martadinata ?

·        Sebagai regulator : untuk merespon kemacetan yang disebabkan oleh proses bongkar muat truk di Jakarta khususnya di daerah Jl. RE Martadinata, kami sebagai regulator akan memberlakukan kebijakan pengaturan kendaraan ekspedisi yang melakukan bongkar muat di daerah tersebut hanya boleh beroperasi mulai Pk.20:00 – Pk.05:00. “Selain jam itu tidak boleh ada aktivitas, karena menimbulkan macet. Kalau masih ada yang membandel akan dipanggil dan tidak menutup kemungkinan ditutup.

·        Sebagai pengusaha :

Ø  mematuhi, mengimplementasi,dan mengevaluasi kebijakan/ peraturan yg telah dibuat oleh regulator dengan sebaik-baiknya.

Ø  Melakukan kegiatan bongkar muat di malam hari agar tidak menggangu kegiatan kelancaran lalu lintas
Ø  Menggunakan kendaraan angkut sesuai kondisi jalan

Foto :

(09.00 pagi) Kemacetan di Jl. RE Martadinata diakibatkan banyaknya truk ekspedisi menuju ke pelabuhan tanjung priuk dan akibat dari akses jalan yang sempit.




(14.00 siang) kondisi JL. RE Martadinata ramai lancar, berbagai jenis truk ekspedisi berlalu lalang membawa muatan nya ke tempat tujuan.






 (19.30 malam) kondisi JL. RE Martadinata ramai lancar





(20.00 malam) kondisi JL. RE Martadinata, beberapa jenis truk berhenti di bahu jalan untuk mengganti ban, cek kondisi mesin, isi angin, dan sang sopir truk tersebut istirahat sejenak




BAB IV

Kesimpulan


   Bongkar muat adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam proses pengiriman barang. Yang dimaksud dengan kegiatan muat adalah proses memindahkan barang dari gudang, menaikkan lalu menumpuknya di atas kapal atau moda transportasi lainnya.  sedangkan kegiatan bongkar adalah proses menurunkan barang dari kapal atau moda transportasi lainnya yang digunakan lalu menyusunnya di dalam  gudang di pelabuhan atau stock pile atau container yard.
Bongkar muat kendaraan ekpedisi menjadi salah satu penyebab timbulnya kemacetan di Jakarta khususnya di jalan RE Martadinata. Kemacetan tersebut timbul umumnya di pagi dan siang hari. Hal itu dikarenakan kendaraan besar yang melakukan bongkar muat mempersempit ruang gerak kendaraan lain yang sedang melewati jalan tersebut.
faktor-faktor lainnya juga semakin menambah efek kemacetan seperti pembangungan infrastruktur, kondisi jalan yang sempit, dan kuantitas kendaraan pribadi yang melebihi ruas jalan yang disediakan




Daftar Pustaka




Video Dokumentasi :










Rabu, 15 November 2017

Makalah Manajemen Transpor Barang "Kelangkaan Barang dan Disparitas Harga Antar Daerah di Indonesia"

Kelompok Carton, S1 MLM-C 2015

Anggota :
  • Nabil Habibi (224415194)
  • Rus Hendrawan (224415104)
  • Nurlailani Ismahsari (224415105)
  • Vega Savira (224415107)
  • Laudry Denis (224415085)
  • Kevin Nurman (224415112)
  • Andito Putra (224415083)
  • Farhan Setiawan (224415191)


BAB I

Pendahuluan


A.     Pengertian Kelangkaan Barang

   Banyaknya kebutuhan manusia yang tidak sebanding dengan pasokan sumber daya alam dapat menyebabkan terjadinya kelangkaan barang dan jasa. Pengertian kelangkaan secara umum adalah suatu kondisi dimana barang yang kita butuhkan tidak tersedia atau sulit untuk ditemukan atau sudah jarang ada. Kelangkaan barang dan jasa terjadi karena barang dan jasa hasil produksi berkurang di pasaran karena banyak faktor.

Di satu sisi, kebutuhan manusia tidak terbatas jumlahnya, sedangkan di sisi lain sumber daya alam yang dibutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya tersebut sangat terbatas.  Dengan kata lain, sumber daya alam yang ada tidak mencukupi untuk memenuhi semua kebutuhan yang ada atau relative kurang dibandingkan yang dibutuhkan. Di sinilah timbul kelangkaan, karena kebutuhan manusia yang tanpa batas sementara sumber daya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan bersifat langka atau terbatas.


B.      Pengertian Disparitas Harga

   Pengertian dari ketimpangan pembangunan atau disparitas adalah perbedaan pembangunan antar suatu wilayah dengan wilayah lainnya secara vertikal dan horizontal yang menyebabkan disparitas atau ketidak pemerataan pembangunan.

Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah harga digunakan untuk memberikan nilai finansial pada suatu produk barang atau jasa.

Jadi, Disparitas harga adalah perbedaan atau ketimpangan suatu harga dan nilai tukar suatu barang atau jasa antar suatu wilayah dengan wilayah lainnya.

BAB II

Penjelasan

   Persoalan kelangkaan barang, disparitas harga, dan fluktuasi harga komoditas bahan pokok menjadi perhatian serius Pemerintah. Kelangkaan barang terjadi apabila suatu daerah mengalami kesulitan atau bahkan tidak dapat mendapatkan komoditas bahan-bahan pokok secara kontinu untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat akan komoditas bahan-bahan pokok tersebut.

Disparitas harga terjadi karena adanya perbedaan harga yang sangat signifikan atas suatu harga komoditas bahan pokok tertentu antar daerah. Disparitas harga akan memberikan efek ketidakadilan dalam kemakmuran antar daerah.

Tabel di bawah ini menunjukkan disparitas harga beberapa komoditas di beberapa daerah :






Komoditas bahan pokok yang sama, misalnya garam, penduduk di Manokwari harus membayar Rp 8.000 atau 45% lebih mahal dibandingkan dengan rata-rata harga garam secara nasional Rp 5.535. Pada tabel tersebut, disparitas diukur dengan perbedaan harga tertinggi dengan rata-rata harga nasional.
Disparitas harga juga terjadi untuk komoditas semen. Disparitas harga semen, terutama di daerah terpencil sangat tinggi. Harga semen di Kabupaten Puncak, Wamena, dan wilayah pegunungan Papua lainnya mencapai Rp 800.000 sampai dengan Rp 2,5 juta per zak. Padahal, harga di Pulau Jawa Rp 70.000. Wamena adalah contoh paling ekstrem.


Ø  Penyebab Kelangkaan Barang dan Disparitas Harga

Banyak faktor yang menjadi penyebab kelangkaan barang, antara lain :

·        keseimbangan pasar
   Dari sisi keseimbangan pasar, secara sederhana dalam teori ekonomi dinyatakan kelangkaan barang terjadi apabila permintaan lebih besar dari penawaran. Penawaran tidak dapat mengantisipasi permintaan, kondisi ini bisa terjadi jika produsen keliru dalam mem-forecast permintaan yang berakibat pada pasokan yang ada tidak dapat memenuhi kebutuhan perubahan lonjakan permintaan.


·        kegagalan produksi
   Kelangkaan barang bisa juga terjadi karena kegagalan produksi atau panen untuk komoditas hasil pertanian. Faktor teknologi dan alam menjadi faktor penentu kegagalan produksi atau panen. Selain itu, ada faktor spekulasi yang dapat menjelaskan terjadinya kelangkaan barang. Motif spekulasi umumnya dilakukan oleh produsen atau pedagang yang didorong untuk menimbun barang pada harga rendah untuk kemudian dijual ketika harga naik.

 
·        Manajemen Distribusi 
   Kelemahan manajemen distribusi juga menjadi penyebab kelangkaan barang. Distribusi barang yang tidak lancar, dengan lead time yang jauh dari waktu normal akan menyebabkan barang tidak sampai ke pasar dengan tepat waktu. Sistem distribusi suatu komoditas banyak ditentukan oleh beberapa faktor seperti model saluran distribusi, infrastruktur transportasi, pelabuhan, prosedur administrasi, moda transportasi, dan lain-lain.
Efek dari kelemahan sistem distribusi ini berdampak simultan yaitu kelangkaan barang dan disparitas harga. Kelangkaan barang akan memicu peningkatan harga dan peningkatan harga akan memperlebar disparitas harga.
Sistem manajemen logistik yang baik akan memastikan kelancaran distribusi komoditas bahan pokok dari daerah produsen ke daerah-daerah konsumen setiap saat dan sepanjang waktu secara berkesinambungan. Kelancaran distribusi akan menjamin ketepatan barang serta mampu mengendalikan disparitas dan fluktuasi harga komoditas bahan-bahan pokok.



BAB III

Kesimpulan dan Solusi


A.     Kesimpulan
   Kelangkaan barang terjadi apabila suatu daerah mengalami kesulitan atau bahkan tidak dapat mendapatkan komoditas bahan-bahan pokok secara kontinu untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat akan komoditas bahan-bahan pokok tersebut.

Disparitas harga terjadi karena adanya perbedaan harga yang sangat signifikan atas suatu harga komoditas bahan pokok tertentu antar daerah. Disparitas harga akan memberikan efek ketidakadilan dalam kemakmuran antar daerah.


B.      Solusi/Saran


·        Perbaikan sistem distribusi komoditas bahan-bahan pokok
   Perbaikan sistem distribusi komoditas bahan pokok dapat dilakukan dengan cara pemetaan saluran distribusi untuk setiap komoditas bahan baku dan memperpendek saluran distribusi sehingga dapat meningkatkan kecepatan distribusi komoditas bahan pokok.

·        Pembangunan Infrastruktur
   Infrastruktur konektivitas yang terus dibangun pemerintah selama tiga tahun ini salah satu tujuan nya untuk menekan disparitas, pemerintah memang mengandalkan Program Tol Laut. Dalam mendukung program ini, pemerintah tengah membangun lima pelabuhan laut dalam, 19 feeder ports, 100 sub-feeder ports. Ini juga didukung dengan moda transportasi udara, darat dan laut.

·        Penerapan Harga Tunggal dan Ceilling Price
   Penerapan harga tunggal untuk komoditas tertentu dapat dilakukan dengan menerapkan cross-subsidi antar daerah. Ide implementasinya sederhana, harga komoditas diberlakukan secara nasional, harga rata-rata yang mengkover biaya distribusi total.
Selain penerapan harga tunggal, pemerintah dapat menerapkan kebijakan ceiling price. Dalam kebijakan ceiling price, pemerintah melakukan intervensi berupa harga tertinggi untuk komoditas tertentu. Kebijakan ceiling price diterapkan untuk mengendalikan harga, terutama pada kondisi inflasi, struktur pasar monopoli, dan untuk mengurangi disparitas harga.

Daftar Pustaka






Pertanyaan pada saat presentasi :

- Wingbox: Apakah yang dimaksud pemetaan saluran distribusi bahan pokok ?

jawab : 

kegiatan pembuatan wilayah saluran yang digunakan oleh para produsen untuk menyalurkan barang produksinya, dari produsen sampai ke konsumen atau kepada pemakai industri.


- Cargo: Efek untuk pelaku usaha terhadap adanya disparitas harga ?

Jawab :


  • Persaingan usaha yang tidak seimbang 
  • Produk komoditi lokal kalah dibangkan komoditi impor yang harga nya lebih murah
  • Meningkatnya biaya operasi perusahaan
  • Harga jual produk yang tinggi 

- Forklift : Apakah ada efek ketimpangan sosial dari kebijakan penerapan harga tunggal ?

Jawab :

dari kebijakan harga tunggal yang diterapkan oleh pemerintah, timbul efek negatif dan positif dari kebijakan tersebut, contoh dari efek negatif nya ialah munculnya ketimpangan sosial yang timbul di lingkungan masyarakat Indonesia, ketimpangan sosial tersebut disebabkan penerapan harga tunggal yang diterapkan oleh pemerintah dengan menetapkan harga rata-rata bahan pokok nasional untuk seluruh wilayah di Indonesia, hal tersebut tentunya memunculkan efek negatif di beberapa wilayah Indonesia yang kemampuan daya beli masyarakat nya rendah, contohnya di Papua, Nusa tenggara, dan Maluku.


- Antonov : Bagaimana cara mengoptimalkan konektivitas infrastruktur agar disparitas harga dapat berkurang ?

Jawab :

Membuat regulasi yang memudahkan jalannya konektivitas moda transportasi penghubung dengan infrastruktur yang menjadi unsur pendukung